KISAH BANGAU DAN KEPITING

“Kepiting! Celaka, Kepiting!”
seru Bangau dengan raut ketakutan saat bertemu dengan Kepiting.
“Ada apa, Bangau?” tanya
Kepiting kebingungan.
“Begini, menurut beberapa burung
sahabatku, para nelayan sebentar lagi akan tiba ke sini. Mereka akan menangkapi
semua ikan di danau. Bahkan mereka mungkin akan menangkapmu juga!” seru Bangau.
“Wah, gawat! Kalau begitu, aku
akan memberitahukan hal ini pada ikan-ikan di danau!” Kepiting pun dengan
terburu-buru mendekati danau dan memberitahukan kabar yang diterimanya dari
Bangau pada sahabat-sahabat ikannya.
“Tapi bagaimana kita bisa
meninggalkan danau ini, Kepiting?” tanya seekor ikan.
“Nenek moyangku sudah
bertahun-tahun tinggal di sini,” kata ikan lainnya.
“Kita juga tidak dapat berjalan
atau terbang ke tempat lain,” keluh ikan lainnya lagi.
Kepiting pun
kebingungan menjawab pertanyaan itu. “Bagaimana menurutmu, Bangau? Apa yang
dapat kita lakukan?” tanya Kepiting pada Bangau. Bangau pun pura-pura berpikir,
padahal ia telah menyiapkan jawaban dari pertanyaan itu.
Sejurus
kemudian Bangau pun menjawab, seolah-olah ia telah mendapat pencerahan, “Aha!
Bagaimana kalau ikan-ikan ini kupindahkan ke danau di tengah hutan? Aku dapat
membawa beberapa ikan dengan paruhku. Lagipula hutan di tengah danau sangat
aman. Para nelayan tidak akan mungkin datang ke sana.”
Ikan-ikan
tampak ragu-ragu dengan usul si Bangau. Bagaimanapun juga, mereka sadar bahwa
ikan adalah makanan bangau. Namun rupanya mereka lebih takut pada nelayan
daripada pada bangau. Maka mereka pun dengan terpaksa menerima usul si Bangau.
Bangau pun
mulai melakukan pekerjaannya. Ia mulai mengangkut beberapa ikan dengan paruhnya
bolak-balik dari danau itu ke danau di tengah hutan. Kepiting turut mengamati
pekerjaan si Bangau. Namun lama-kelamaan, kerja si Bangau semakin lambat.
Kepiting juga mengamati bahwa perut si Bangau semakin buncit. Maka Kepiting pun
mencium ada yang tidak beres dengan pekerjaan si Bangau.
Setelah semua
ikan di danau itu telah habis, berkatalah Bangau pada Kepiting, “Kepiting, ayo
kau kupindahkan juga. Di sini tidak aman untukmu.”
“Baiklah, Bangau,” sahut Kepiting.
“Tapi biarlah aku duduk di punggungmu agar paruhmu tidak capek,” tambahnya.
Dan Bangau pun
mengangkut Kepiting di atas punggungnya. Tapi tidak jauh dari danau itu,
Kepiting dapat melihat tulang-tulang ikan yang berserakan di tanah. Melihat hal
itu, Kepiting pun menyadari, bahwa si Bangau bukannya memindahkan ikan di danau
ke danau di tengah hutan, tapi si Bangau memindahkan ikan ke perutnya!
Maka Kepiting
pun mengancam si Bangau. Dicapitnya leher si Bangau erat-erat. “Aku tahu apa
yang terjadi sekarang, dasar kau Bangau penipu! Kau hanyalah Bangau yang
serakah! Jangan coba-coba kau perlakukan aku seperti ikan-ikan itu. Sekarang
cepat turunkan aku di air, kalau tidak, capitku akan mematahkan lehermu!” ancam
Kepiting dengan marah.
Bangau pun
ketakutan dengan ancaman Kepiting. Kemudian ia pun menurunkan Kepiting kembali
ke air. Sejak saat itu Kepiting tidak pernah lagi mempercayai Bangau, dan
mereka tidak lagi bersahabat.
Komentar
Posting Komentar